SHABU, Ice, Crystal...

Selasa, 20 April 2010
Apakah itu?
Shabu, seperti halnya ekstasi tergolong ATS (Amphetamine Type Stimulants) yang memacu kerja otak. Shabu adalah istilah gaul untuk methamphetamine. Dibuat oleh pabrik gelap sebagai bahan sintetis (bahan kimia murni). Berupa bubuk, tablet atau kristal bening.

Bagaimana Penyalahguna memakainya?
Ditelan, dihirup melalui hidung, dirokok atau disuntikkan.

Bagaimana Pengaruhnya pada Pemakai?
Shabu menimbulkan rasa nyaman pada pemakainya, juga rasa gembira (euphoria) dan menyenangkan. Semangat meningkat, sehingga ditanggapi pemakainya sebagai peningkatan kinerja. Rasa lapar dan lelah tertunda.

Apakah Bahaya Pemakaian Shabu?
Segera setelah pemakaian, selera makan hilang, dan pernapasan menjadi cepat. Denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Suhu tubuh meningkat sehingga tubuh berkeringat. Dengan dosis besar, pemakainya akan gelisah, tidak dapat diam, dan dapat mengalami serangan panik.
Jika dosis berlebihan dapat menyebabkan kejang-kejang, dan kematian, karena terhentinya pernapasan, stroke atau gagal jantung. Pemakaian shabu jangka panjang dapat menyebabkan kurang gizi, berat badan turun, dan ketergantungan psikologis, Jika pemakaiannya dihentikan, akan diikuti tidur untuk waktu lama, kemudian depresi (rasa murung).

Bahaya Lain
Pemakaian shabu kadang-kadang memicu agresivitas, kekerasan dan perilaku aneh.
»»  READMORE...

DAMPAK YANG DIAKIBATKAN NARKOBA PADA ORGAN TUBUH


Otak Kita

Masuknya narkoba akan mempengaruhi fungsi vital organ tubuh, yaitu jantung, peredaran darah, pernafasan, dan terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat). Hal ini akan menyebabkan kerja otak berubah, bisa meningkat atau turun.

Narkoba yang ditelan akan masuk ke lambung kemudian ke pembuluh darah. Kalau dihisap, zat diserap masuk ke dalam pembuluh darah lewat saluran hidung

dan paru-paru. Sedangkan kalau masuk ke badan melalui cara disuntikkan, zat langsung masuk ke aliran darah, selanjutnya darah membawa zat itu ke otak. Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan, yang disebut dengan sistem limbus. Pusat kenikmatan pada otak (hipotalamus) adalah bagian dari sistem limbus. Narkoba menghasilkan perasaan ‘tinggi/high’ dengan memengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neuro-transmitter.

Mitos: “Kalau merasa enak, kerjakan saja!”

Kira-kira begitulah bahasa kasarnya otak ketika bekerja. Otak kita memang dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit atau tidak enak. Hal ini untuk membantu kita memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti rasa lapar, haus, hangat, dan tidur. Mekanisme seperti ini namanya mekanisme pertahanan diri. Kalau merasa nikmat, otak mengeluarkan neurotransmitter yang menyampaikan pesan: “Zat ini berguna lho untuk mekanisme pertahanan badan. Jadi, ulangi lagi pemakaiannya!”
Kalau mengkonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan kita. Kita akan merasa nikmat seolah-olah kebutuhan kita seperti rasa lapar tadi sudah terpuaskan. Otak merekam sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas.

REALITANYA: Akibatnya, otak membuat program salah, semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat kenikmatan seolah-olah kita emang perlu narkoba sebagai mekanisme pertahanan diri. Maka terjadilah kecanduan! Penyalahgunaan narkoba adalah memakai narkoba diluar tujuan pengobatan dan hanya untuk menikmati pengaruhnya, kalau dilanjutkan terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan. Setelah itu akan mengakibatkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani. Lebih jauh lagi bisa membuat kematian yang sia-sia.
»»  READMORE...

10 Hal yang Perlu Diketahui Remaja tentang Ganja

1. Memakai ganja adalah perbuatan melanggar hukum. Kamu akan sulit mendapatkan pekerjaan, jika pernah dihukum.
2. Ganja berbahaya. Mengisap ganja meningkatkan risiko kanker dan kerusakan paru-paru. Juga menyebabkan panik, cemas dan ’parno’ (perasan seperti dikejar orang).
3. Ganja mengurangi kemampuan melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi dan konsentrasi, seperti olah raga, menari, latihan drama, dan belajar.
4. Memakai ganja mengurangi penilaian orang lain terhadap dirimu. Coba pikir, jika kamu sulit berpakaian rapi, kucel, lalu ada ganja di tanganmu, apa mereka enjoy didekatmu? Apakah kamu biarkan dirimu sering lupa, atau sulit berkendaraan? Apakah kamu biarkan isi dompetmu terkuras?
5. Ganja membatasi dirimu. Ganja mengganggu sekolahmu, hubunganmu dengan keluarga dan kehidupan sosial.
6. Ganja mengganggu cara berpikir dan menilai sesuatu. Hal itu sangat memengundang risiko, seperti kecelakaan dan kekerasan.
7. Mengisap ganja tidak menjadikanmu keren (cool), justru sebaliknya, penampilanmu lusuh
8. Ganja menyebabkan ketergantungan. Kamu merasa selalu membutuhkan ganja, dan sulit melepaskan diri daripadanya.
9. Mengisap ganja bukan penyelesaian masalah. Ganja tidak akan menjyelesaikan masalah, bahkan masalah akan lebih berat, karena kamu tidak berusaha mencari penyelesaiannya. Bicarakan masalahmu dengan orang yang kamu percayai. Jangan percaya kepada orang yang berkata, bahwa ganja tidak berbahaya atau akan menjadikan hidupmu lebih baik.
10. Tidak semua orang memakai ganja, Kamu tidak membutuhkannya. Jika kamu pikir, semua orang memakai ganja, kamu keliru. Di Amerika Serikat lebih dari 80 % remaja 12-17 tahun belum pernah memakai ganja. Ganja tidak menjadikanmu bahagia, populer, atau dewasa.
»»  READMORE...

Narkoba

Rabu, 07 April 2010

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.

Penyebaran

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

Efek

  • Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD
  • Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu
  • Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw
  • Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak,contohnya ganja , heroin , putaw
  • Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian

Jenis

  • Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid.

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.

  • Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Kontroversi

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para spara eniman dan musisi.

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat, dimana jenis Marijuana silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.

Pemanfaatan

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.

Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.

Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.

Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan.

Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

  • Budidaya

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.

  • Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.

Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

  • Kokain adalah senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.

Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif.

»»  READMORE...
Sabtu, 03 April 2010







Menggugah Kelompok Peduli AIDS

Tanggal: Thursday, 25 February 2010
Topik: HIV/AIDS

Suara Merdeka, 24 Februari 2010

Oleh Awaludin Abdussalam

BREBES sudah terjangkit human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immune deficiency syndrome (AIDS)? Sebuah pertanyaan yang sering terlontar dari ketidakpercayaan sebagian masyarakat terhadap fakta itu. Penyakit tidak mengenal batas wilayah.

Barangkali asumsi masyarakat adalah wilayah Brebes yang menganut norma-norma agama yang sangat kuat, tentu saja harapannya terhindar dari virus dan penyakit laknat itu.

Konotasi laknat dan kotor sebenarnya tidaklah tepat. Di samping ditularkan melalui hubungan seksual bagi orang yang memang sering gonta-ganti pasangan, virus penyakit itu bisa menular melalui jarum suntik pada pemakaian narkoba secara bersama-sama, air susu ibu, bahkan pada proses transfusi darah yang sudah tercemar virus tersebut.

Bisa juga terjadi pada gaya hidup anak muda sekarang yang doyan tindik dan tato berpotensi tertular kalau saja jarum yang digunakan telah tercemar virus yang belum ada obat dan vaksinnya itu.

Tetapi terbukti dalam perjalanannya Brebes tidak mempunyai imunitas yang cukup terhadap serbuan HIV/AIDS. Tercatat secara akumulasi jumlah kasus tahun 2006-2009 yang dilaporkan melalui klinik voluntary, counselling, and testing (VCT) 13 penderita, 7 di antaranya telah meninggal. Jumlah kasus tersebut belum termasuk yang ditemukan oleh rumah sakit swasta, laboratorium, ataupun praktik dokter swasta.

Merebaknya kasus HIV/AIDS belum diimbangi dengan kemampuan mengelola permasalahan sebagai akibat yang timbul kemudian. Tidaklah mengherankan jika tiba-tiba muncul berita di media cetak ataupun elektronik bahwa telah terjadi penolakan terhadap pasien HIV/AIDS yang masih balita oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Brebes, beberapa waktu lalu.

Terlepas apakah memang telah terjadi penolakan atau tidak, stigma ataupun cap buruk masyarakat atau petugas kesehatan terhadap pengidap virus itu atau penderita penyakit tersebut tidak dapat dihindari.

Padahal Perda Jateng Nomor 5 Tahun 2009 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS Pasal 11 menyebutkan bahwa pemerintah daerah memfasilitasi orang yang berperilaku risiko tinggi dan yang terinfeksi HIV dan AIDS untuk memperoleh hak-hak layanan kesehatan di rumah sakit atau puskesmas dan layanan kesehatan lainnya.

Itulah sebabnya di setiap rumah sakit diperlukan sebuah klinik konseling dan testing sukarela yang dikenal sebagai VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan.

Layanan klinik VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat klien mencari pertolongan medik dan tes yaitu dengan memberikan pelayanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan antiretroviral therapy (ART).

Sudah Terbiasa

Selama ini, karena di RSUD Brebes belum ada layanan yang spesifik terhadap HIV/AIDS, maka bagi siapa pun warga yang menginginkan layanan Klinik VCT selalu diarahkan ke Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, Rumah Sakit Kardinah Tegal ataupun Rumah Sakit Dokter Soeselo Slawi.

Begitu pula bagi pengidap AIDS yang memerlukan penanganan terhadap infeksi oportunistik lagi-lagi mesti dirujuk ke dua rumah sakit tetangga tersebut, yang sudah terbiasa menangani pasien-pasien pengidap HIV/AIDS.

Masalah yang sangat mendasar sebagian besar pengidap HIV/AIDS di Brebes adalah kelompok masyarakat yang miskin. Bahkan, boleh jadi mereka menjadi miskin mendadak karena stigma sehingga mereka tidak diakui lagi sebagai anggota keluarga. Tanpa gantungan keluarga, mereka harus membiayai diri sendiri.

Di sinilah perlunya Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Brebes turun tangan mengatasi masalah tersebut. Kita tahu bahwa di dalam kepengurusan KPAD seluruh elemen masyarakat tertampung dalam wadah tersebut sehingga apapun masalahnya, dimungkinkan dapat terpecahkan.

Tentu saja KPAD Brebes perlu melakukan konsolidasi untuk lebih tampil di depan mengurai benang kusut seputar permasalahan HIV/AIDS, termasuk dalam hal pembiayaan yang memadai.

Tidak kalah penting adalah peran serta masyarakat. Sepengetahuan penulis baru Ikatan Waria Kabupaten Brebes (Iwakab) yang peduli terhadap perkembangan HIV/AIDS di Brebes.

Mengingat waria merupakan kelompok risiko tinggi terhadap penularan penyakit tersebut sehingga mereka sangat sadar bahkan proaktif mengundang VCT mobile secara berkala.

Ke depan Brebes memerlukan sukarelawan-sukarelawan yang tangguh dalam menghadapi ledakan HIV/AIDS. Sementara ini kita dibantu rekan-rekan LSM Graha Mitra Semarang dan Griya Mitra PKBI Kabupaten Tegal.

Ancaman HIV/AIDS sudah tampak di pelupuk mata. Coba simak fakta mengejutkan ini, antara Januari dan Februari 2010 ditemukan 9 penderita HIV/AIDS positif di Brebes. Kita tidak bisa lagi berpangku tangan. (10)

— Awaludin Abdussalam, pegiat pencegahan HIV/ AIDS, tinggal di Brebes

Sumber: Suara Merdeka
»»  READMORE...

Lilin Kenangan











Lilin Kenangan

dipersembahkan untuk:


"Untuk kawanku...

Walau kita baru berkenalan hanya beberapa hari tapi aku yakin,

bahwa kamu adalah seorang yang kuat dan tergar..

Saat terakhir aku bersamamu aku masih melihat sebuah senyum

walau... saat itu aku yakin bahwa rasa sakit yang kamu rasa sangat sakit..

Tapi semua rasa sakit itu telah berlalu dan aku yakin kamu telah tersenyum bersama tuhanmu..

Ku nyalakan lilin ini sebagai tanda persahabatan yang tidak akan pernah mati..... Selamat jalan kawan.... "


oleh:

Arie
Daerah Khusus Ibukota Jakarta


»»  READMORE...

Bagaimana HIV menjadi AIDS?

Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan

2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
- HIV berkembang biak dalam tubuh
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
-Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya

4. Tahap 4: AIDS
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
»»  READMORE...