Perawatan Bagi Infeksi Hiv

Rabu, 24 Maret 2010
Perawatan Bagi Infeksi Hiv
(Sumber : KPAN)

Adakah obat untuk HIV?

Tidak. Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.

Jenis pengobatan dan perawatan apakah yang tersedia?

Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan antiretroviral.

Apakah obat anti retroviral itu?

Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh.

Bagaimana cara kerja obat antiretroviral?

Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan antiretroviral memperlambat replikasi sel-sel, yang berarti memperlambat penyebaran virus dalam tubuh, dengan mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara.

* Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)

HIV memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakkan materi genetik virus tersebut.

* Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)

Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.

* Penghambat Protease (PI)

Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.

Obat-obatan lain yang dapat menghambat siklus virus pada tahapan yang lain (seperti masuknya virus dan fusi dengan sel yang belum terinfeksi) saat ini sedang diujikan dalam percobaan-percobaan klinis.

Apakah obat antiretroviral efektif?

Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).

Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV.

Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis.

Mengapa ARV tidak siap tersedia?

Di negara-negara berkembang, hanya sekitar 5% dari mereka yang membutuhkan dapat memperoleh pengobatan antiretroviral, sementara di negera-negara berpendapatan tinggi akses tersebut hampir universal. Masalahnya adalah harga obat-obatan yang tinggi, infrastruktur perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan kurangnya sumber pembiayaan, menghalangi penggunaan perawatan kombinasi ARV secara meluas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sebanyak 12 obat-obatan ARV telah diikutsertakan dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO (WHO Essential Medicines List). Diikutsertakannya ARV dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO akan mendorong pemerintah di negara-negara dengan epidemi tinggi untuk lebih memperluas pendistribusian obat-obatan esensial tersebut kepada mereka yang memerlukannya. Sementara itu, meningkatnya komitmen ekonomi dan politik di tahun-tahun terakhir ini, yang distimulir oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), masyarakat sipil dan mitra lainnya, telah membuka ruang bagi perluasan akses terhadap terapi HIV secara luar biasa.

Perawatan jenis apakah yang tersedia ketika akses ARV tidak tersedia?

Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya.

Apakah PEP itu?

Perawatan Pencegahan Pasca Pajanan terdiri dari pengobatan, tes laboratorium dan konseling. Pengobatan PEP harus dimulai dalam hitungan jam dari saat kemungkinan pajanan HIV dan harus berlanjut selama sekitar empat minggu. Pengobatan PEP belum terbukti dapat mencegah penularan HIV. Kendatipun demikian, kajian-kajian penelitian menunjukkan bahwa bila pengobatan dapat dilaksanakan lebih cepat setelah kemungkinan pajanan HIV (idealnya dalam waktu dua jam dan tak lebih dari 72 jam setelah pajanan), pengobatan tersebut mungkin bermanfaat dalam mencegah infeksi HIV.
»»  READMORE...

Survey Nasional Penyalahguanaan Dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar Dan Mahasiswa Di 33 Propinsi Indonesia

Hasil Survey Nasional Penyalahguanaan Dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar Dan Mahasiswa Di 33 Propinsi
Di Indonesia Tahun 2006

Sebagaimana kita sadari bersama bahwa permasalahan penyalahgunaan dan peredaran Narkoba di Indonesia terus meningkat dari hari ke hari. Oleh karena itu pemerintah bersama masyarakat, terus melakukan berbagai upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di setiap lini kehidupan.
Dalam mencapai tujuan P4GN yang berdaya guna dan berhasil guna secara taktis dan strategis, diperlukan statu kegiatan survey, penelitian dan kajian yang komprehensip tentang permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, sebagai acuan kebijakan dan program baik yang sedang dijalankan maupun direncanakan.
Buku tentang “Hasil Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Relajar dan Mahasiswa di 33 Propinsi di Indonesia tahun 2006” ini merupakan salah satu bentuk upaya Badan Narkotika Nasional memberikan gambaran terkini tentang kondisi penyalah-gunaan dan peredaran gelap Narkoba pada kelompok relajar dan mahasiswa di Indonesia. Oleh karenanya buku ini dapat dijadikan referensi dari berbagai kalangan dan menjadi motivator bagi para peminat penelitian P4GN.

Latar Belakang dan Tujuan
Ancaman Narkoba di Indonesia semakin meningkat dan mengarah pada generasi muda terdidik. Indonesia tidak saja wilayah transit, tetapi sasaran pemasaran, bahkan tempat produksi Narkoba dari sindikat Internacional. Posisi geografis, sifat kepulauan, dan ketidak stabilan ekonomi, sosial, politik, dan keamanan membuat Indonesia rentan penyelundupan, peredaran gelap dan penyalah-gunaan Narkoba. Atas dasar ini, Survei Nasional Penyalah-gunaan Narkoba pada Pelajar/Mahasiswa telah dilakukan dengan tujuan menilai besaran, tren, dan variasi geografis dan social-ekonomi penyalah-gunaan dan peredaran gelap Narkoba pada kalangan relajar dan mahasiswa di Indonesia.

Metoda Survei
Survei mencakup pelajar SLTP dan SLTA dan mahasiswa di seluruh (33) propinsi. Data dikumpulkan melalui pengisian sendiri oleh responden (self administered) kuesioner terstruktur penyalah-gunaan Narkoba, mengacu tujuan survei dan standar rekomendasi United Nations on Drugs Control (UNODC, 2003). Melengkapi Survei Utama, Studi Kualitatif dilakukan di 11 propinsi melalui mewawancarai di setiap propinsi dengan 4 informan terpilih dari: (1) pejabat DikNas; (2) Kepala Sekolah atau guru BP; (3) wakil pelajar/mahasiswa; (4) Kepala atau wakil Bagian Reserse Kepolisian. Besar sampel survei sekitar 2.000 pelajar/mahasiswa per propinsi dengan sebaran 1.000 orang di ibukota dan 1.000 lainnya di kabupaten. Penarikan sampel di setiap propinsi dilakukan acak bertahap.

Hasil Survei
Pelajar dan mahasiswa tidak bebas resiko penyalah-gunaan Narkoba. Di antara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 8 pernah pakai dan 5 dalam setahun terakhir pakai narkoba. Penyalah-gunaan sudah terjadi di SLTP. Di antara 100 pelajar SLTP, rata-rata 4 dalam setahun terakhir pakai Narkoba. Angka pernah pakai lebih tinggi dua kali lipat pada mahasiswa (12%) dibanding pelajar SLTP (6%). Penyalah-gunaan lebih tinggi 3 sampai 6 kali lipat pada laki-laki dibanding perempuan, dan lebih tinggi di sekolah / kampus swasta dibanding negeri atau agama. Angka penyalah-gunaan yang tidak berbeda antara ibu kota propinsi dan kabupaten menyiratkan kabupaten tidak terhindar dari masalah Narkoba.
Status tinggal bersama atau tidak bersama orang tua, besar uang saku, dan ketaatan ibadah responden ditemukan terkait dengan resiko penyalah-gunaan narkoba. Angka penyalah-gunaan lebih tinggi pada mereka yang tinggal tidak bersama orang tua dibanding mereka yang tinggal bersama orang tua, dan lebih tinggi pada mereka dengan uang saku lebih dari Rp.10.000,- per hari dibanding mereka dengan uang saku lebih rendah. Mereka yang mengaku selalu atau rajin beribadah tidak berarti bebas Narkoba, tetapi tingkat penyalah-gunaan lebih rendah pada mereka yang mengaku taat dibandingkan mereka yang mengaku jarang beribadah.
Mereka yang merokok, minum alkohol dan melakukan praktek seks pra-nikah lebih rentan terhadap penyalah-gunaan Narkoba. Angka penyalah-gunaan pernah pakai narkoba 5 kali lipat lebih tinggi pada mereka yang pernah merokok dibanding tidak; 6 kali lipat lebih tinggi pada mereka yang pernah minum alkohol dibanding yang tidak; dan 5 kali lipat lebih tinggi pada mereka yang melakukan seks para-nikah dibanding yang tidak melakukan.
Sekitar 40% penyalah-guna di SLTA dan lebih separuh di Akademi / PT mengaku pernah atau setahun ini memakai Ganja. Sekitar 10% sampai 15% penyalah-guna Narkoba di semua jenjang sekolah mengaku memakai Ekstasi dan atau Shabu. Pemakai Ekstasi dan Shabu meningkat dengan meningkatnya jenjang sekolah. Sekitar 7% penyalah-guna di semua jenjang sekolah memakai heroin dan atau morfin; dan 4% - 5% mengaku memakai kokain, LSD, Ketamin, dan atau Yaba.
Empat di antara 10 pelajar / mahasiswa penyalah-guna mulai memakai Narkoba saat umur 11 tahun atau lebih muda. Ganja merupakan jenis Narkoba yang paling banyak dipakai pertama kali.
Di antara 1.000 pelajar / mahasiswa rata-rata mengaku pernah menyuntik Narkoba, dengan kisaran di bawah 1 sampai 5 menurut propinsi. Angka menyuntik Narkoba lebih tinggi di beberapa propinsi, termasuk DKI Jakarta, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya Barat, dan Papua, dibanding propinsi lain.
Penyalah-gunaan Narkoba suntik berpola mirip Narkoba umumnya; yaitu lebih tinggi pada jenjang sekolah yang lebih tinggi, Hanya satu per 1.000 responden di SLTP, tetapi 2 di SLTA dan 4 di Akademi/PT mengaku pernah menyuntik Narkoba. Tidak tampak perbedaan angka menyuntik Narkoba antara ibu kota propinsi dan kabupaten. Penyalah-gunaan Narkoba suntik lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan, dengan rasio 8 orang laki-laki terhadap satu perempuan.
Diantara 100 pelajar / mahasiswa penyalah-guna Narkoba sekitar satu sampai 4 pernah menyuntik Narkoba. Angka ini tidak berbeda antara ibu kota propinsi dan kabupaten, tetapi meningkat dengan meningkatnya jenjang sekolah dan umur . angka menyuntik diantara penyalah-guna lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dengan rasio 2 banding 1.
Diantara penyalah-guna Narkoba hanya 8% pernah menjalani pengobatan atau rehabilitasi, termasuk yang banya disebut: detoksifikasi medis, perawatan ’over dosis’, atau perawatan di panti medis dan non-medis.
Sebagian besar responden pernah mendengar atau terpapar informasi Narkoba, Ganja, Shabu, Heroin, dan Ekstasi merupakan jenis Narkoba yang populer. Lebih separuh responden menyebut televisi, koran / majalah, guru di sekolah, teman, dan redio sebagai sumber informasi Narkoba.
’Teman’ merupakan pintu masuk utama penyalah-gunaan Narkoba. Sekitar 4% responden di SLTP, 12% di SLTA dan 19% di akademi / PT pernah ditawari Narkoba oleh teman. Sekolah / kampus dan rumah teman paling banyak disebut sebagai tempat menawarkan Narkoba.
Di antara 100 pelajar / mahasiswa rata-rata 80 pernah terpapar promosi bahaya dan pencegahan Narkoba. Dari yang terpapar promosi, 75% mengaku mengerti pesan promosi. Dari seluruh responden, hampir separuh menyebut Badan Narkotika Propinsi atau Kabupaten, dan sepertiga menyebut Departemen Kesehatan sebagai sumber promosi.
Di antara 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 30 orangpernah dan 20 orang setahun terakhir merokok; 17 orang pernah dan 9 setahun terakhir minum alkohol; 5 orang setahun terakhir melakukan seks pranikah. Angka-angka ini tidak begitu berbeda antara ibukota propinsi dan kabupaten, tetapi bervariasi menurut propinsi dengan kisaran pernah merokok 20% sampai 40%, minum alkohol di bawah 10% sampai 20%, dan seks pra-nikah 1% sampai 10%.
Angka merokok, minum alkohol dan seks pranikah lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan, dan semakin tinggi dengan semakin tinggi jenjang sekolah dan umur . praktek merokok, minum alkohol, dan seks pranikah sudah terjadi pada pelajar SLTP. Di antara 100 responden pelajar SLTP, 13 orang setahun terakhir merokok, 5 orang minum alkohol, dan 2 orang melakukan seks pranikah.

Pembahasan : Angka Penyalahgunaan dan Taksiran Jumlah Penyalahguna
Angka penyalah-gunaan Narkoba pada pelajar dan mahasiswa hasil survei ini lebih tinggi dibanding survei-survei sebelumnya. Perbedaan ini menggambarkan peningkatan angka penyalah-gunaan Narkoba. Penyimpulan ini sesuai dengan peredaran gelap Narkoba yang juga semakin meningkat. Penyalah-gunaan Narkoba tidak merata, tetapi lebih tinggi pada kelompok-kelompok masyarakat dengan ciri kehidupan tertentu (misal: pelajar / mahasiswa, penghuni Lapas, dan pekerja tempat hiburan) dibanding masyarakat umum, dan lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Kelompok rentan penyalah-gunaan Narkoba mempunyai ciri-ciri antara lain: anggota berinteraksi erat satu dengan yang lain, cukup mampu secara ekonomi, lebih longgar terhadap rutinitas ’produktif’, dan lebih permisif terhadap nilai-nilai ’baru’.
Namun demikian, angka menyuntik Narkoba hasil survei ini sedikit lebih rendah dibanding survei-survei sebelumnya. Pelaporan menyuntik Narkoba yang lebih rendah ini boleh jadi responden masih kurang terbuka terhadap perilaku ilegal. Responden memang mengisi sendiri kuesioner dan tahu bahwa identitas mereka tidak tercantum dalam kuesioner, tetapi mereka tahu bahwa kuesioner mencantumkan kelas dan nama sekolah. Identitas sekolah ini kemungkinan mempengaruhi keterbukaan responden.

Pembahasan : Peredaran Gelap Narkoba
Peredaran gelap Narkoba di Indonesia semakin meningkat terutama sejak tahun 2003. Jumlah tersangka kasus Narkoba meningkat setiaptahun, dari sekitar 5.000 tersangka pada tahun 2001 menjadi 32.000 tersangka pada tahun 2006. Dalam kurun waktu 2001-2006 jumlah tersangka kasus mencapai sekitar 85.000 orang. Sejak tahun 1998 Clandestine Narkoba diungkap setiap tahun dengan jumlah yang semakin meningkat.

Kesimpulan
Pelajar dan mahasiswa di semua propinsi baik di ibu kota maupun di kabupaten rentan penyalah-gunaan Narkoba. Penyalah-gunaan jauh lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Kemampuan ekonomi, pengawasan yang kurang dari orang tua, dan ketidak-taatan ibadah meningkatkan kerentanan penyalah-gunaan Narkoba. Ganja, Ekstasi, dan Shabu merupakan jenis Narkoba yang paling banyak dipakai. Sekitar 40% penyalah-guna mulai pakai Narkoba pada umur 11 tahun atau lebih muda. ’Teman’ merupakan pintu masuk utama penyalah-gunaan Narkoba. Sekolah / Kampus dan rumah teman sering menjadi tempat menawarkan Narkoba. Hanya 2,4 diantara 100 penyalah-guna mengaku pernah menyuntik Narkoba.
»»  READMORE...

Petisi Remaja dan Pemuda untuk Penanggulangan AIDS Nasional

Petisi Remaja dan Pemuda untuk Penanggulangan AIDS Nasional
Pada peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2009 ini yang bertema “Akses Universal dan Hak Asasi Manusia”, kami para mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas kesehatan masyarakat dan sekolah tinggi kesehatan se-Indonesia, menyampaikan rasa prihatin terhadap kasus HIV dan AIDS yang telah terdapat di lebih dari separuh kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Kami sadar bahwa mayoritas kasus AIDS berusia 20 – 29 tahun yang menunjukkan adanya ancaman serius terhadap keberlangsungan generasi muda bangsa Indonesia ke depan. Kami sepakat bahwa para kaum muda, terutama yang hidup beresiko, sangat penting mendapatkan akses informasi pencegahan HIV.
Kami sadar bahwa orang yang terinfeksi HIV masih sering mendapat perlakuan diskriminatif di lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, sekolah, dan ironisnya terutama di sarana layanan kesehatan. Kami sepakat bahwa orang yang terinfeksi HIV sangat perlu mendapatkan akses perawatan, dukungan, dan pengobatan AIDS.
Menyadari realitas tersebut, kami yang mengikrarkan diri sebagai Mahasiswa Peduli AIDS, menyampaikan petisi kepada pihak pemerintah sebagai berikut:

Integrasikan pendidikan kesehatan reproduksi serta HIV dan AIDS ke dalam kurikulum pendidikan.
Sediakan tenaga kesehatan yang berkompeten dan berempati di bidang HIV dan AIDS di setiap Kabupaten dan Kota.
Alokasikan dana penanggulangan AIDS yang memadai pada anggaran pemerintah daerah.
Tingkatkan kualitas kegiatan penyuluhan dan bimbingan di lokasi-lokasi kunci penyebaran HIV.
Menjamin hak-hak orang yang terinfeksi HIV sebagai warga negara Indonesia, serta melibatkan orang yang terinfeksi HIV dalam proses pembuatan kebijakan HIV dan AIDS.

Menyikap situasi dan kondisi permasalahan HIV dan AIDS, maka kami Mahasiswa Peduli AIDS berkomitmen terhadap diri sendiri untuk:
1. Menjalankan perilaku hidup sehat, dan menghindari perilaku yang berisiko untuk tertular HIV
2. Mengaktifkan kelompok aksi mahasiswa peduli AIDS di kampus seluruh Indonesia
3. Berperan serta dalam berbagai kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di masyarakat
4. Bersikap positif dan memberikan dukungan terhadap orang yang terinfeksi HIV, maupun terhadap populasi kunci, tanpa adanya stigma dan diskriminasi
5. Bersikap kritis dan membangun terhadap berbagai kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia

Jakarta, 1 Desember 2009
Mahasiswa Peduli AIDS

Dibacakan pada Acara Puncak HAS 2009 di Istana Wakil Presiden,
15 Desember 2009
»»  READMORE...

FAKTA TENTANG HIV/AIDS

KENYATAAN Ttg HIV/AIDS
Saat ini AIDS merupakan penyebab kematian terbesar ke-4 (empat) pada orang dewasa di seluruh dunia, akibatnya, terjadi peningkatan jumlah yatim piatu hingga 13,2 juta anak di seluruh dunia. Setiap hari, 14.000 orang tertular HIV yang sebagian besar adalah remaja usia antara 15-24 tahun & setiap menit seorang anak dibawah usia 15 tahun terinfeksi HIV di suatu tempat di dunia sehingga diperkirakan sejumlah 60 juta orang telah tertular dan 21 juta diantaranya telah meninggal. 95% dari pengidap HIV/AIDS di seluruh dunia, berada di negara miskin.

Informasi AIDS Epidemic Update 2009 sebagaimana dilaporkan oleh UNAIDS menyebutkan bahwa 33.4 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Tercatat pula, bahwa Indonesia termasuk negara dengan perkembangan epidemi AIDS yang paling cepat di Asia (among the fastest growing epidemics in Asia)

Sampai akhir September 2009, Departemen Kesehatan RI melaporkan secara kumulatif 46.702 orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, 18.442 orang AIDS, dan sebanyak 28.260 orang yang dilaporkan masih dalam stadium HIV.

Cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui Heteroseksual 49,7%, Injecting Drug User (Pengguna Narkoba Suntik) 40,7%, dan Lelaki Seks Lelaki 3,4%. Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20¬ 29 tahun (49,57%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,84%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,71%). Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau. Yang memprihatinkan adalah, bahwa dalam 22 tahun sejak pasien pertama ditemukan di Indonesia, telah terjadi "feminisasi" dari epidemi - bila pada awal epidemi hampir seluruh penderita AIDS adalah laki2, pada tahun 2009, sudah 20% orang yang terinfeksi HIV adalah perempuan, lebih dari separuhnya adalah ibu rumah tangga biasa, yang tidak pernah ganti2 pasangan.

Di Indonesia, hingga Juni 2008, dari 18.963 kasus HIV/AIDS(12686 AIDS, 6277 HIV) yang paling banyak terinfeksi adalah pengguna Narkoba Suntik yang hampir setengahnya dan Usia Produktif (20-29 tahun) merupakan jumlah terbanyak. Untuk itu, ketika berbicara ttg Narkoba maka wajib juga berbicara ttg AIDS dan begitu pula sebaliknya.

Banyak orang menganggap bahwa ketika sudah terinfeksi Hiv berarti kita sudah mengidap penyakit Aids dan tinggal menunggu mati saja. Padahal itu adalah anggapan yang salah dan sangat keliru. Pada kenyataannya, banyak dari mereka yang sudah terinfeksi Hiv masih dapat beraktivitas seperti layaknya orang yang lain bahkan tidak jarang produktifitas & prestasi mereka melebihi orang yang belum terinfeksi. Virus Hiv tidak akan membuat kita menjadi Aids & kita pun dapat menjalani hidup sebagaimana yang lainnya jika kita secepatnya melakukan tes Hiv sukarela (VCT) untuk megetahui status kita sebelum benar-benar terlambat.
»»  READMORE...

RANCANGAN KONSEP "ANALISIS RINGKAS POTRET PERMASALAHAN HIV/AIDS DI KOTA PALU"

RANCANGAN KONSEP
"ANALISIS RINGKAS POTRET PERMASALAHAN HIV/AIDS DI KOTA PALU"

PROLOG
Penyebaran HIV/AIDS telah menimbulkan bencana kemanusiaan dihampir semua benua dibumi ini. Epidemi HIV/AIDS merupakan penyebab kematian terbesar ke-4 (empat) pada orang dewasa di seluruh dunia. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah yatim piatu hingga 13,2 juta anak di dunia. Setiap harinya 14.000 orang terinfeksi HIV yang setengahnya adalah remaja usia antara 15-24 tahun. Setiap menit seorang anak dibawah usia 15 tahun terinfeksi HIV di suatu empat di dunia dan 8.500 jiwa meninggal setiap hari karena AIDS. Dari sekitar 6,7 miliar penduduk dunia, diperkirakan ada 60 juta orang sudah terinfeksi HIV dimana 95% menyerang negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Wabah AIDS juga sudah menelan korban lebih dari 25 juta orang yang sama banyaknya dengan korban tewas pada perang dunia kedua. Kondisi dimasing-masing negara memang sangat berbeda namun di sebagian besar negara berkembang epidemi HIV/AIDS sangat dipengaruhi oleh tingginya angka kemiskinan yang kemudian berdampak pada ketidakmampuan ekonomi dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai. Terkait dengan permasalahan Hiv/Aids, Deklarasi 189 pemimpin negara anggota PBB telah menuangkan upaya pencegahan Hiv/Aids kedalam salah satu dari 8 poin Millenium Development Goal’s (MDGs) untuk menggalang respon global

Kondisi Epidemi Nasional :
Penetapan kembali pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dengan Peraturan Presiden RI Nomor 75 tahun 2006, adalah untuk meningkatkan upaya penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. Dalam peraturan tersebut, tugas yang perlu diselesaikan KPAN antara lain adalah penyusunan rencana strategis nasional dan rencana aksi nasional (RAN). RAN berisi langkah-langkah untuk meningkatkan cakupan, efektifitas dan pelaksaaan program yang berkesinambungan, serta terfokus.
Di Indonesia, angka penularan HIV kian mengkhawatirkan. Unaids (Badan PBB Untuk Hiv/Aids) memperkirakan kasus HIV/AIDS mencapai 270 ribu kasus pada 2007 dari sekitar 231 juta penduduk Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi yaitu setengah dari jumlah tersebut adalah para generasi muda yang berusia antara 15 - 29 tahun. Di Indonesia, kasus AIDS pertama ditemukan ketika meninggalnya seorang turis asing pada April 1987 di Bali yang kemudian disusul lagi dengan meninggalnya seorang yang juga wisatawan asing pada November 1987 di Jakarta. Dan selanjutnya kasus yang ketiga yaitu dengan meninggalnya seorang warga Indonesia pada Juni 1988 di Denpasar Bali. Dari tahun ke tahun angka Prevalensi HIV/AIDS terus meningkat. Tercatat, pada Desember 2007 ada 17.207 kasus (6066 HIV, 11141 Aids) di Indonesia, dan 2369 orang meninggal dunia. Untuk Aids, karakteristiknya yaitu : IDU (5555 Aids), Heteroseks (4664 Aids), Homosex (434 Aids). Golongan umur : 15-29 thn (6301 Aids), 30-39 thn (3115 Aids), 40-49 thn (895 Aids). Laki-laki (8864 Aids), Perempuan (2215 Aids), tak diketahui (62 kasus). Untuk Desember 2008, tercatat ada 22.664 kasus (6554 HIV, 16110 Aids) di Indonesia, dan 3.362 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan, data kasus nasional hingga Des,2009 sebanyak 54.320 kasus (19.973 AIDS, 34.257HIV) dengan tingkat infeksi pada kelompok REMAJA hampir mencapai 50%.
Bila respons yang masih terbatas seperti saat ini dimana cakupan program yang rendah berlangsung terus, maka hasil pemodelan epidemi HIV mengindikasikan tingkat penularan akan terus meningkat di Indonesia. Diperkirakan akan ada sekitar 400.000 orang terinfeksi HIV pada tahun 2010, dan 100.000 orang diantaranya meninggal atau ada 1 juta ODHA pada tahun 2015 dengan 350.000 kematian.
Remaja adalah aset generasi yang akan meneruskan estafet kepemimpinan dan pembangunan bangsa Indonesia bahkan dunia. Kelak di kemudian hari, remaja akan menjadi nahkoda yang menentukan masa depan Indonesia dan dunia. Sehingga gambaran kehidupan remaja masa kini mencerminkan nasib bangsa dan dunia di masa yang akan datang. Sebagai bangsa terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki sumberdaya manusia berusia remaja yang cukup besar. Remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun berjumlah sekitar 65 juta jiwa. Berarti ada 65 juta calon pemimpin bangsa ini bahkan akan menjadi pemimpin masa depan dunia. Jumlah yang cukup besar ini, akan mampu mengantarkan Indonesia menuju bangsa besar, kuat dan terdepan.

Fakta menunjukkan bahwa remaja Indonesia saat ini telah menjadi korban arus liberalisasi. Menurut hasil survey terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di 33 propinsi sepanjang tahun 2008, jumlah remaja usia sekolah di Indonesia yang sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah mencapai angka 63%. Ironisnya, 21% diantaranya melakukan aborsi. Berkaitan dengan kasus aborsi yang dilakukan oleh remaja Indonesia, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dr. Titik Kuntari, MPH mengatakan bahwa angka kejadian aborsi di Indonesia yang berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun atau 43 aborsi untuk setiap 100 kehamilan, 30% diantaranya dilakukan oleh remaja berusia 15-24 tahun. Ini berarti terdapat sekitar 600.000 - 780.000 remaja Indonesia yang melakukan aborsi setiap tahunnya.

Kondisi Epidemi Lokal :
Dukungan Politik
Kebijakan dan dukungan politik para pemimpin-pemimpin politik akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya upaya untuk menekan laju epidemi Hiv/Aids di Sulteng, khususnya di Kota Palu. Dukungan yang signifikan di ranah politik dihampir semua daerah di Sulteng terutama di Kota Palu belum begitu dirasakan memberi ruang dan respon yang memadai dalam menyikapi permasalahan ini.

Sempitnya Akses Informasi Publik
Kata kunci dari upaya pencegahan yaitu Informasi. Ketidakpahaman sebagian besar masyarakat akan permasalahan Hiv/Aids telah menimbulkan berbagai dampak destruktif di Sulteng khususnya di Kota Palu. Hal ini juga merupakan penyebab utama terjadinya diskriminasi terhadap Odha. Oleh karena itu penting untuk lebih membuka akses informasi yang lebih luas melalui berbagai program kampanye dan sosialisasi yang maksimal.
Dan salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah pembukaan posko-posko informasi publik dengan memanfaatkan lembaga/LSM/Ormas yang telah ada.
Sampai dengan Desember 2009, tercatat ada 107 kasus Hiv/Aids dengan rincian 77 Hiv dan 30 Aids. Sedangkan 17 orang telah meninggal dunia. Dari total kasus tersebut, sekitar 60,7% kasus ada di Kota Palu dengan 65 Kasus (46 Hiv,19 Aids) & 9 orang meninggal dunia (Sumber : KPA Propinsi Sulteng dan Dinas Kesehatan Sulteng)

LATAR BELAKANG
1. Kian meluasnya pandemic infeksi Hiv/Aids di Kota Palu. Dari 107 kasus Hiv/Aids di Sulawesi Tengah, Kota Palu adalah Penyumbang data tertinggi dengan 65 kasus. Sesuai dengan Teori Fenomena Gunung Es yang disepakati secara internasional dengan perbandingan 1 kasus di kalikan 100 maka saat ini diperkirakan ada sekitar 6.500 (enam ribu lima ratus) Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) dari sekitar 310-an ribu penduduk di Kota Palu.
2. Belum adanya Harmonisasi, Integrasi, dan keterpaduan berbagai upaya maupun program khususnya di sektor pencegahan infeksi Hiv/Aids
3. Kerentanan REMAJA, KHUSUSNYA PELAJAR
Remaja adalah harapan kita bersama untuk melanjutkan roda kepemimpinan ke depan. Ada sekitar 30% atau 63 jutaan remaja calon potensial dari sekitar 213 juta penduduk Indonesia yang akan melanjutkan kehidupan bangsa ini ke depan. Namun, saat ini, Indonesia dan juga Kota Palu mendapat ancaman terbesar akan terjadinya Lost Of Generation yang di akibatkan oleh wabah epidemi Hiv/Aids. Dari kasus Hiv/Aids nasional 2007, belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari sektor terkait.
4. Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) masih menjadi faktor penghambat utama penanggulangan Hiv/Aids secara komperehensif. Dari 65 kasus yang tercatat di Kota Palu, hanya beberapa orang saja yang telah mengetahui dan membuka statusnya di masyarakat sehingga dapat di lakukan upaya pengobatan. Hal ini di sebabkan belum kondusifnya lingkungan masyarakat yang dapat menerima Hiv/Aids secara lebih manusiawi.
5. MITOS TENTANG HIV/AIDS
Masih sangat kentalnya mitos di masyarakat tentang Hiv/Aids sangat mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk berperan secara lebih barmakna. Anggapan bahwa Hiv/Aids adalah penyakit kutukan, aib, dan membawa sial adalah sikap sinis yang masih melihat Hiv/Aids sebagai persoalan moral dan etika Sosial. Padahal sebenarnya Hiv/Aids adalah fakta medis yang bisa di cegah dan di tanggulangi.
6. ….dan seterusnya

ANALISIS PERMASALAHAN
1. SEKTOR KEBIJAKAN
a. PERDA HIV/AIDS : Di beberapa daerah di Indonesia, meski sedikit terlambat, akhirnya menyadari akan pentingnya sebuah payung hukum berupa Perda Penanggulangan Hiv/Aids guna setelah terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Beberapa daerah yang memiliki Perda Hiv/aids : Makassar, Manado(sedang di Godok), Sumatera Selatan, Riau, Bali (Klungkung dan Gianyar), Banten DKI Jakarta, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah
b. RENCANA STRATEGIS : Sampai dengan saat ini, Kota Palu belum memiliki dokumen Rencana Strategis. Akibatnya, berbagai upaya yang di lakukan dalam hal implementasi menjadi KURANG TERARAH, tidak TERKOORDINASI, TERORGANISASI, TERINTEGRASI, dan tentunya sangat SULIT DI UKUR TINGKAT KEBERHASILANNYA
c. ALOKASI ANGGARAN : Tahun ini, untuk pertama kalinya sektor Hiv/Aids mendapat alokasi anggaran APBD Kota, namun besaran anggaran tersebut masih belum sebanding dengan tingkat permasalahan yang ada.

REKOMENDASI :
- Pihak Legislatif perlu menggunakan Hak Inisiatifnya guna menghasilkan sebuah Perda Penanggulangan Hiv/Aids Kota Palu.
- DI BUTUHKAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENANGGULANGAN HIV/AIDS KOTA PALU. Perumusan dan penyusunan Renstra ini di harapkan melibatkan segenap komponen dari Multi Stakeholder, Eksekutif, Legislatif, Sektor Swasta, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Akademisi, Praktisi, Orang Dengan Hiv/Aids (Odha), dan LSM Peduli Aids.

2. SEKTOR KETERLIBATAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA REMAJA
- Sektor ini kami lebih melihat bagaimana upaya penanggulangan dan perluasan respon terhadap permasalahan Hiv/Aids oleh para pengambil kebijakan masih menempatkan masyarakat, khususnya Remaja hanya sebagai Obyek program. Akses keterlibatan masyarakat masih sebatas pada implementasi program sehingga seringkali berbagai hal yang di lakukan terkait upaya pencegahan tidak sesuai dengan kebutuhan dari sektor sasaran.
- Dalam konteks mendorong lahirnya sebuah program yang lebih Up To Date guna memaksimalkan upaya penanggulangan HIV/AIDS tentunya sangat dibutuhkan sebuah pemetaan dan analisis permasalahan yang multi komperehensif guna melahirkan rumusan program yang lebih Partisipatif, Obyektif, Efektif, dan Sustainable yang melibatkan segenap komponen masyarakat termasuk Orang Dengan Hiv/Aids (Odha).

Rekomendasi :
- Masyarakat, khususnya remaja dan Orang Dengan Hiv/Aids hendaknya di lihat sebagai bagian dari solusi dan bukan sebagai bagian dari masalah. Untuk itu yang harus di lakukan adalah, penyusunan anggaran terkait berbagai program penanggulangan Hiv/Aids harus melalui wadah rembug bersama antar berbagai Stakeholder terkait terutama dari segenap masyarakat.
- Perlu di hasilkan sebuah kebijakan yang menjamin terbukanya akses keterlibatan masyarakat dalam berbagai tahapan perumusan, perencanaan, maupun pelaksanaan program.

3. SEKTOR PENCEGAHAN
a. Kerentanan REMAJA : masih sangat minimnya pengetahuan Remaja (Pelajar) terhadap permasalahan Hiv/Aids mengakibatkan porensi ledakan jumlah kasus Hiv/Aids akan menjadi BOM WAKTU di Kota Palu pada tahun-tahun mendatang.
Rekomendasi :
- Perlunya untuk memasukkan pelajaran Hiv/Aids ke dalam kurikulum pendidikan di Sekolah-sekolah
- Sangat penting untuk di hasilkannya sebuah komitmen bersama antar sektor terkait guna menyatukan langkah serta memberikan arah yang jelas terhadap prioritas upaya pencegahan di sektor pendidikan (Pelajar) melalui Memorandum Of Understanding (MoU) antara Dinas Pendidikan Kota Palu, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Palu, Dinas Kesehatan Kota Palu, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Palu, dan Badan Narkotika Kota (BNK) Palu

4. SEKTOR PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN

5. SEKTOR HAK ASASI MANUSIA
6. …. Dan seterusnya

RESPON LOKAL YANG DIBUTUHKAN
Dari poin-poin yang merupakan hasil pengamatan dan evaluasi Kami sebagaimana tersebut diatas maka ada beberapa hal dari sekian banyak upaya yang perlu diupayakan, yaitu :

Perda Penanggulangan Hiv/Aids
Perda penanggulangan Hiv/Aids akan menjadi sarana penguatan guna memperluas respon dalam upaya penanggulangan Hiv/Aids di wilayah Sulteng. Adanya perda tentunya akan memberikan arah yang jelas serta ruang yang tepat untuk mendorong adanya iklim yang kondusif bagi penanggulangan Hiv/Aids secara implementatif
Memorandum of Understanding (MoU)
Posko Informasi Publik
Banyak hal yang dapat dilakukan guna mempersempit ruang besaran masalah. Dan salah satu dari sekian banyak strategi itu adalah penjangkauan kelompok sasaran melalui media informasi. Dalam hal ini “Manajemen Pengelolaan Informasi Publik” menjadi poin yang sangat penting dalam rangka menentukan jalur-jalur distribusi informasi yang akurat dan Up To Date. Nah, pembukaan Posko-posko Informasi Publik tentunya akan menjadi langkah paling awal untuk mulai merealisasikannya.

.... Dan seterusnya.....

KESIMPULAN

PENUTUP


TERM OF REFERENCE RINGKAS
KUNJUNGAN ADVOKASI


TUJUAN :
Kunjungan ini dimaksudkan untuk menjalin komunikasi yang lebih erat, memperluas respond dan tanggapan terhadap Hiv/Aids, dan membangun kesepahaman dengan berbagai pihak khususnya pihak Legislatif agar terbangun ke-SAMAAN PANDANG untuk melihat permasalahan HIV/AIDS secara lebih manusiawi tanpa adanya Stigma dan Diskriminasi.
Secara khusus, Kunjungan Advokasi ke DPRD Kota Palu untuk mendorong berbagai kebijakan penanggulangan Hiv/Aids terutama kebijakan anggaran yang lebih proporsional terkait penanggulangan Hiv/Aids di Kota Palu.

HASIL YANG DI HARAPKAN
Meningkatnya pemahaman seputar permasalahan dan kondisi riil Hiv/Aids di Kota Palu serta terbangunnya ke-SAMA-an PERSEPSI dalam rangka meningkatkan respond yang lebih proporsional terkait kebijakan politik khususnya pengalokasian anggaran penanggulangan Hiv/Aids di Kota Palu. Selain itu, terkomunikasinya aspirasi segenap pegiat organisasi dan LSM Peduli Hiv/Aids juga di harapkan dapat mendorong komitmen semua pihak khususnya Legislatif Kota Palu dalam rangka memperluas akses keterlibatan segenap masyarakat dalam proses perumusan, perencanaan, dan pengambilan keputusan yang lebih partisipatif.

WAKTU PELAKSANAAN KUNJUNGAN
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Maret 2010
Waktu : Pukul. 01.30 - Selesai
Tempat : DPRD Kota Palu

PESERTA KUNJUNGAN :
Untuk sementara, yang telah memastikan keikutsertaannya yaitu beberapa perwakilan lembaga-lembaga yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Untuk Aids & Narkoba (SEKAT AIDS SULTENG), diantaranya :Aids Support Center, Exit Community Sulteng, dan Jaringan Solidaritas Pelajar Untuk Aids & Narkoba (SPAN) Kota Palu, yang keseluruhan peserta kunjungan sementara di perkirakan berjumlah sekitar 15 (dua puluh) orang.

»»  READMORE...

"KAMI SELALU ADA UNTUKMU (UNTUK ANDA PARA ODHA)

Selasa, 23 Maret 2010
Apa yang menyebabkan anda tidak mau membuka statusmu kepada kami?

Apakah kamu takut?

Apakah kau kan menganggap setelah kami mengetahui statusmu, kami akan melecehkanmu, mengucilkanmu bahkan mengusirmu dari suatu tempat?

"TIDAK"

KAMI bukanlah orang yang seperti itu

Berceritalah dengan kami, anggap kami adalah sahabat terdekatmu, hingga kau tak akan merasa tertekan dan gelisah dengan kondisimu sekarang

kau tak perlu takut

"KAMI SELALU ADA UNTUKMU"

Kami akan menolongmu. Asal kau segera membuka statusmu pada kami.

SEBELUM TERLAMBAT !!

Masih ada kesempatan bagimu ..

Janganlah kau siakan kesempatan ini

AYO BANGUN !!

KAU PASTI BISA !!

DAN KAMI PUN TAU..

BAHWA KAMU ADALAH ORANG YANG BERGUNA BAGI NEGARA INI

KAMU ADALAH ORANG YANG HEBAT

Dan janganlah kau
MENYERAH akan kondisimu seperti ini.

Hubungi kami, datanglah pada kami, kami akan membantumu

==============

-YOUTH SUPPURT CENTER
-SEKAT AIDS SULTENG
-AIDS SUPPORT CENTER

anda dapat mendatangi tempat ini. Sebagai tempat mencurahkan hati anda serta di sinilah anda dapat membuka STATUS TANPA HARUS MALU, BAHKAN TAKUT...
»»  READMORE...

STOP DISKRIMINASI

Mungkin seringkali kita mencemohkan orang, melecehkan, bhkan mengusir orang yg bnar2 mengIdap kondisi berbahaya (HIV/AIDS)

tp tahukah anda, bhwa mereka adalah manusia, mREKa bukanlah sbuah kutukan.. Dan mreka brhak untuk mendaptkan perlindungan yg sama seperti kita(manusia lainnya)..

Kemudian anda membuat perasaan mreka hingga hancur dan tak punya harapan hidup.

Bagaimanakah jika mereka itu anda?

Apakah anda akan menerima hal yg demikian?

Semangat, SUpPOrt dari anda yg brada di sekelilingnya merupakan pembangkit semangat hidupnya agar mampu untuk brjuang melawan kondisi mereka saat ini

BANTULAH MEREKA..

ULURKAN TANGAN ANDA

DAN KATAKAN

"STOP DISKRIMINASI"

DAN semOga anda yg mengalami KONDISI seperti ini mampu untuk BERTAHAN

karena

"KAMI SELALU ADA UNTUKMU"
»»  READMORE...