RANCANGAN KONSEP
"ANALISIS RINGKAS POTRET PERMASALAHAN HIV/AIDS DI KOTA PALU"
PROLOG
Penyebaran HIV/AIDS telah menimbulkan bencana kemanusiaan dihampir semua benua dibumi ini. Epidemi HIV/AIDS merupakan penyebab kematian terbesar ke-4 (empat) pada orang dewasa di seluruh dunia. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah yatim piatu hingga 13,2 juta anak di dunia. Setiap harinya 14.000 orang terinfeksi HIV yang setengahnya adalah remaja usia antara 15-24 tahun. Setiap menit seorang anak dibawah usia 15 tahun terinfeksi HIV di suatu empat di dunia dan 8.500 jiwa meninggal setiap hari karena AIDS. Dari sekitar 6,7 miliar penduduk dunia, diperkirakan ada 60 juta orang sudah terinfeksi HIV dimana 95% menyerang negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Wabah AIDS juga sudah menelan korban lebih dari 25 juta orang yang sama banyaknya dengan korban tewas pada perang dunia kedua. Kondisi dimasing-masing negara memang sangat berbeda namun di sebagian besar negara berkembang epidemi HIV/AIDS sangat dipengaruhi oleh tingginya angka kemiskinan yang kemudian berdampak pada ketidakmampuan ekonomi dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai. Terkait dengan permasalahan Hiv/Aids, Deklarasi 189 pemimpin negara anggota PBB telah menuangkan upaya pencegahan Hiv/Aids kedalam salah satu dari 8 poin Millenium Development Goal’s (MDGs) untuk menggalang respon global
Kondisi Epidemi Nasional :
Penetapan kembali pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dengan Peraturan Presiden RI Nomor 75 tahun 2006, adalah untuk meningkatkan upaya penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. Dalam peraturan tersebut, tugas yang perlu diselesaikan KPAN antara lain adalah penyusunan rencana strategis nasional dan rencana aksi nasional (RAN). RAN berisi langkah-langkah untuk meningkatkan cakupan, efektifitas dan pelaksaaan program yang berkesinambungan, serta terfokus.
Di Indonesia, angka penularan HIV kian mengkhawatirkan. Unaids (Badan PBB Untuk Hiv/Aids) memperkirakan kasus HIV/AIDS mencapai 270 ribu kasus pada 2007 dari sekitar 231 juta penduduk Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi yaitu setengah dari jumlah tersebut adalah para generasi muda yang berusia antara 15 - 29 tahun. Di Indonesia, kasus AIDS pertama ditemukan ketika meninggalnya seorang turis asing pada April 1987 di Bali yang kemudian disusul lagi dengan meninggalnya seorang yang juga wisatawan asing pada November 1987 di Jakarta. Dan selanjutnya kasus yang ketiga yaitu dengan meninggalnya seorang warga Indonesia pada Juni 1988 di Denpasar Bali. Dari tahun ke tahun angka Prevalensi HIV/AIDS terus meningkat. Tercatat, pada Desember 2007 ada 17.207 kasus (6066 HIV, 11141 Aids) di Indonesia, dan 2369 orang meninggal dunia. Untuk Aids, karakteristiknya yaitu : IDU (5555 Aids), Heteroseks (4664 Aids), Homosex (434 Aids). Golongan umur : 15-29 thn (6301 Aids), 30-39 thn (3115 Aids), 40-49 thn (895 Aids). Laki-laki (8864 Aids), Perempuan (2215 Aids), tak diketahui (62 kasus). Untuk Desember 2008, tercatat ada 22.664 kasus (6554 HIV, 16110 Aids) di Indonesia, dan 3.362 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan, data kasus nasional hingga Des,2009 sebanyak 54.320 kasus (19.973 AIDS, 34.257HIV) dengan tingkat infeksi pada kelompok REMAJA hampir mencapai 50%.
Bila respons yang masih terbatas seperti saat ini dimana cakupan program yang rendah berlangsung terus, maka hasil pemodelan epidemi HIV mengindikasikan tingkat penularan akan terus meningkat di Indonesia. Diperkirakan akan ada sekitar 400.000 orang terinfeksi HIV pada tahun 2010, dan 100.000 orang diantaranya meninggal atau ada 1 juta ODHA pada tahun 2015 dengan 350.000 kematian.
Remaja adalah aset generasi yang akan meneruskan estafet kepemimpinan dan pembangunan bangsa Indonesia bahkan dunia. Kelak di kemudian hari, remaja akan menjadi nahkoda yang menentukan masa depan Indonesia dan dunia. Sehingga gambaran kehidupan remaja masa kini mencerminkan nasib bangsa dan dunia di masa yang akan datang. Sebagai bangsa terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki sumberdaya manusia berusia remaja yang cukup besar. Remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun berjumlah sekitar 65 juta jiwa. Berarti ada 65 juta calon pemimpin bangsa ini bahkan akan menjadi pemimpin masa depan dunia. Jumlah yang cukup besar ini, akan mampu mengantarkan Indonesia menuju bangsa besar, kuat dan terdepan.
Fakta menunjukkan bahwa remaja Indonesia saat ini telah menjadi korban arus liberalisasi. Menurut hasil survey terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di 33 propinsi sepanjang tahun 2008, jumlah remaja usia sekolah di Indonesia yang sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah mencapai angka 63%. Ironisnya, 21% diantaranya melakukan aborsi. Berkaitan dengan kasus aborsi yang dilakukan oleh remaja Indonesia, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dr. Titik Kuntari, MPH mengatakan bahwa angka kejadian aborsi di Indonesia yang berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun atau 43 aborsi untuk setiap 100 kehamilan, 30% diantaranya dilakukan oleh remaja berusia 15-24 tahun. Ini berarti terdapat sekitar 600.000 - 780.000 remaja Indonesia yang melakukan aborsi setiap tahunnya.
Kondisi Epidemi Lokal :
Dukungan Politik
Kebijakan dan dukungan politik para pemimpin-pemimpin politik akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya upaya untuk menekan laju epidemi Hiv/Aids di Sulteng, khususnya di Kota Palu. Dukungan yang signifikan di ranah politik dihampir semua daerah di Sulteng terutama di Kota Palu belum begitu dirasakan memberi ruang dan respon yang memadai dalam menyikapi permasalahan ini.
Sempitnya Akses Informasi Publik
Kata kunci dari upaya pencegahan yaitu Informasi. Ketidakpahaman sebagian besar masyarakat akan permasalahan Hiv/Aids telah menimbulkan berbagai dampak destruktif di Sulteng khususnya di Kota Palu. Hal ini juga merupakan penyebab utama terjadinya diskriminasi terhadap Odha. Oleh karena itu penting untuk lebih membuka akses informasi yang lebih luas melalui berbagai program kampanye dan sosialisasi yang maksimal.
Dan salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah pembukaan posko-posko informasi publik dengan memanfaatkan lembaga/LSM/Ormas yang telah ada.
Sampai dengan Desember 2009, tercatat ada 107 kasus Hiv/Aids dengan rincian 77 Hiv dan 30 Aids. Sedangkan 17 orang telah meninggal dunia. Dari total kasus tersebut, sekitar 60,7% kasus ada di Kota Palu dengan 65 Kasus (46 Hiv,19 Aids) & 9 orang meninggal dunia (Sumber : KPA Propinsi Sulteng dan Dinas Kesehatan Sulteng)
LATAR BELAKANG
1. Kian meluasnya pandemic infeksi Hiv/Aids di Kota Palu. Dari 107 kasus Hiv/Aids di Sulawesi Tengah, Kota Palu adalah Penyumbang data tertinggi dengan 65 kasus. Sesuai dengan Teori Fenomena Gunung Es yang disepakati secara internasional dengan perbandingan 1 kasus di kalikan 100 maka saat ini diperkirakan ada sekitar 6.500 (enam ribu lima ratus) Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) dari sekitar 310-an ribu penduduk di Kota Palu.
2. Belum adanya Harmonisasi, Integrasi, dan keterpaduan berbagai upaya maupun program khususnya di sektor pencegahan infeksi Hiv/Aids
3. Kerentanan REMAJA, KHUSUSNYA PELAJAR
Remaja adalah harapan kita bersama untuk melanjutkan roda kepemimpinan ke depan. Ada sekitar 30% atau 63 jutaan remaja calon potensial dari sekitar 213 juta penduduk Indonesia yang akan melanjutkan kehidupan bangsa ini ke depan. Namun, saat ini, Indonesia dan juga Kota Palu mendapat ancaman terbesar akan terjadinya Lost Of Generation yang di akibatkan oleh wabah epidemi Hiv/Aids. Dari kasus Hiv/Aids nasional 2007, belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari sektor terkait.
4. Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) masih menjadi faktor penghambat utama penanggulangan Hiv/Aids secara komperehensif. Dari 65 kasus yang tercatat di Kota Palu, hanya beberapa orang saja yang telah mengetahui dan membuka statusnya di masyarakat sehingga dapat di lakukan upaya pengobatan. Hal ini di sebabkan belum kondusifnya lingkungan masyarakat yang dapat menerima Hiv/Aids secara lebih manusiawi.
5. MITOS TENTANG HIV/AIDS
Masih sangat kentalnya mitos di masyarakat tentang Hiv/Aids sangat mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk berperan secara lebih barmakna. Anggapan bahwa Hiv/Aids adalah penyakit kutukan, aib, dan membawa sial adalah sikap sinis yang masih melihat Hiv/Aids sebagai persoalan moral dan etika Sosial. Padahal sebenarnya Hiv/Aids adalah fakta medis yang bisa di cegah dan di tanggulangi.
6. ….dan seterusnya
ANALISIS PERMASALAHAN
1. SEKTOR KEBIJAKAN
a. PERDA HIV/AIDS : Di beberapa daerah di Indonesia, meski sedikit terlambat, akhirnya menyadari akan pentingnya sebuah payung hukum berupa Perda Penanggulangan Hiv/Aids guna setelah terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Beberapa daerah yang memiliki Perda Hiv/aids : Makassar, Manado(sedang di Godok), Sumatera Selatan, Riau, Bali (Klungkung dan Gianyar), Banten DKI Jakarta, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah
b. RENCANA STRATEGIS : Sampai dengan saat ini, Kota Palu belum memiliki dokumen Rencana Strategis. Akibatnya, berbagai upaya yang di lakukan dalam hal implementasi menjadi KURANG TERARAH, tidak TERKOORDINASI, TERORGANISASI, TERINTEGRASI, dan tentunya sangat SULIT DI UKUR TINGKAT KEBERHASILANNYA
c. ALOKASI ANGGARAN : Tahun ini, untuk pertama kalinya sektor Hiv/Aids mendapat alokasi anggaran APBD Kota, namun besaran anggaran tersebut masih belum sebanding dengan tingkat permasalahan yang ada.
REKOMENDASI :
- Pihak Legislatif perlu menggunakan Hak Inisiatifnya guna menghasilkan sebuah Perda Penanggulangan Hiv/Aids Kota Palu.
- DI BUTUHKAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENANGGULANGAN HIV/AIDS KOTA PALU. Perumusan dan penyusunan Renstra ini di harapkan melibatkan segenap komponen dari Multi Stakeholder, Eksekutif, Legislatif, Sektor Swasta, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Akademisi, Praktisi, Orang Dengan Hiv/Aids (Odha), dan LSM Peduli Aids.
2. SEKTOR KETERLIBATAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA REMAJA
- Sektor ini kami lebih melihat bagaimana upaya penanggulangan dan perluasan respon terhadap permasalahan Hiv/Aids oleh para pengambil kebijakan masih menempatkan masyarakat, khususnya Remaja hanya sebagai Obyek program. Akses keterlibatan masyarakat masih sebatas pada implementasi program sehingga seringkali berbagai hal yang di lakukan terkait upaya pencegahan tidak sesuai dengan kebutuhan dari sektor sasaran.
- Dalam konteks mendorong lahirnya sebuah program yang lebih Up To Date guna memaksimalkan upaya penanggulangan HIV/AIDS tentunya sangat dibutuhkan sebuah pemetaan dan analisis permasalahan yang multi komperehensif guna melahirkan rumusan program yang lebih Partisipatif, Obyektif, Efektif, dan Sustainable yang melibatkan segenap komponen masyarakat termasuk Orang Dengan Hiv/Aids (Odha).
Rekomendasi :
- Masyarakat, khususnya remaja dan Orang Dengan Hiv/Aids hendaknya di lihat sebagai bagian dari solusi dan bukan sebagai bagian dari masalah. Untuk itu yang harus di lakukan adalah, penyusunan anggaran terkait berbagai program penanggulangan Hiv/Aids harus melalui wadah rembug bersama antar berbagai Stakeholder terkait terutama dari segenap masyarakat.
- Perlu di hasilkan sebuah kebijakan yang menjamin terbukanya akses keterlibatan masyarakat dalam berbagai tahapan perumusan, perencanaan, maupun pelaksanaan program.
3. SEKTOR PENCEGAHAN
a. Kerentanan REMAJA : masih sangat minimnya pengetahuan Remaja (Pelajar) terhadap permasalahan Hiv/Aids mengakibatkan porensi ledakan jumlah kasus Hiv/Aids akan menjadi BOM WAKTU di Kota Palu pada tahun-tahun mendatang.
Rekomendasi :
- Perlunya untuk memasukkan pelajaran Hiv/Aids ke dalam kurikulum pendidikan di Sekolah-sekolah
- Sangat penting untuk di hasilkannya sebuah komitmen bersama antar sektor terkait guna menyatukan langkah serta memberikan arah yang jelas terhadap prioritas upaya pencegahan di sektor pendidikan (Pelajar) melalui Memorandum Of Understanding (MoU) antara Dinas Pendidikan Kota Palu, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Palu, Dinas Kesehatan Kota Palu, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Palu, dan Badan Narkotika Kota (BNK) Palu
4. SEKTOR PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN
5. SEKTOR HAK ASASI MANUSIA
6. …. Dan seterusnya
RESPON LOKAL YANG DIBUTUHKAN
Dari poin-poin yang merupakan hasil pengamatan dan evaluasi Kami sebagaimana tersebut diatas maka ada beberapa hal dari sekian banyak upaya yang perlu diupayakan, yaitu :
Perda Penanggulangan Hiv/Aids
Perda penanggulangan Hiv/Aids akan menjadi sarana penguatan guna memperluas respon dalam upaya penanggulangan Hiv/Aids di wilayah Sulteng. Adanya perda tentunya akan memberikan arah yang jelas serta ruang yang tepat untuk mendorong adanya iklim yang kondusif bagi penanggulangan Hiv/Aids secara implementatif
Memorandum of Understanding (MoU)
Posko Informasi Publik
Banyak hal yang dapat dilakukan guna mempersempit ruang besaran masalah. Dan salah satu dari sekian banyak strategi itu adalah penjangkauan kelompok sasaran melalui media informasi. Dalam hal ini “Manajemen Pengelolaan Informasi Publik” menjadi poin yang sangat penting dalam rangka menentukan jalur-jalur distribusi informasi yang akurat dan Up To Date. Nah, pembukaan Posko-posko Informasi Publik tentunya akan menjadi langkah paling awal untuk mulai merealisasikannya.
.... Dan seterusnya.....
KESIMPULAN
PENUTUP
TERM OF REFERENCE RINGKAS
KUNJUNGAN ADVOKASI
TUJUAN :
Kunjungan ini dimaksudkan untuk menjalin komunikasi yang lebih erat, memperluas respond dan tanggapan terhadap Hiv/Aids, dan membangun kesepahaman dengan berbagai pihak khususnya pihak Legislatif agar terbangun ke-SAMAAN PANDANG untuk melihat permasalahan HIV/AIDS secara lebih manusiawi tanpa adanya Stigma dan Diskriminasi.
Secara khusus, Kunjungan Advokasi ke DPRD Kota Palu untuk mendorong berbagai kebijakan penanggulangan Hiv/Aids terutama kebijakan anggaran yang lebih proporsional terkait penanggulangan Hiv/Aids di Kota Palu.
HASIL YANG DI HARAPKAN
Meningkatnya pemahaman seputar permasalahan dan kondisi riil Hiv/Aids di Kota Palu serta terbangunnya ke-SAMA-an PERSEPSI dalam rangka meningkatkan respond yang lebih proporsional terkait kebijakan politik khususnya pengalokasian anggaran penanggulangan Hiv/Aids di Kota Palu. Selain itu, terkomunikasinya aspirasi segenap pegiat organisasi dan LSM Peduli Hiv/Aids juga di harapkan dapat mendorong komitmen semua pihak khususnya Legislatif Kota Palu dalam rangka memperluas akses keterlibatan segenap masyarakat dalam proses perumusan, perencanaan, dan pengambilan keputusan yang lebih partisipatif.
WAKTU PELAKSANAAN KUNJUNGAN
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Maret 2010
Waktu : Pukul. 01.30 - Selesai
Tempat : DPRD Kota Palu
PESERTA KUNJUNGAN :
Untuk sementara, yang telah memastikan keikutsertaannya yaitu beberapa perwakilan lembaga-lembaga yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Untuk Aids & Narkoba (SEKAT AIDS SULTENG), diantaranya :Aids Support Center, Exit Community Sulteng, dan Jaringan Solidaritas Pelajar Untuk Aids & Narkoba (SPAN) Kota Palu, yang keseluruhan peserta kunjungan sementara di perkirakan berjumlah sekitar 15 (dua puluh) orang.
"ANALISIS RINGKAS POTRET PERMASALAHAN HIV/AIDS DI KOTA PALU"
PROLOG
Penyebaran HIV/AIDS telah menimbulkan bencana kemanusiaan dihampir semua benua dibumi ini. Epidemi HIV/AIDS merupakan penyebab kematian terbesar ke-4 (empat) pada orang dewasa di seluruh dunia. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah yatim piatu hingga 13,2 juta anak di dunia. Setiap harinya 14.000 orang terinfeksi HIV yang setengahnya adalah remaja usia antara 15-24 tahun. Setiap menit seorang anak dibawah usia 15 tahun terinfeksi HIV di suatu empat di dunia dan 8.500 jiwa meninggal setiap hari karena AIDS. Dari sekitar 6,7 miliar penduduk dunia, diperkirakan ada 60 juta orang sudah terinfeksi HIV dimana 95% menyerang negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Wabah AIDS juga sudah menelan korban lebih dari 25 juta orang yang sama banyaknya dengan korban tewas pada perang dunia kedua. Kondisi dimasing-masing negara memang sangat berbeda namun di sebagian besar negara berkembang epidemi HIV/AIDS sangat dipengaruhi oleh tingginya angka kemiskinan yang kemudian berdampak pada ketidakmampuan ekonomi dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai. Terkait dengan permasalahan Hiv/Aids, Deklarasi 189 pemimpin negara anggota PBB telah menuangkan upaya pencegahan Hiv/Aids kedalam salah satu dari 8 poin Millenium Development Goal’s (MDGs) untuk menggalang respon global
Kondisi Epidemi Nasional :
Penetapan kembali pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dengan Peraturan Presiden RI Nomor 75 tahun 2006, adalah untuk meningkatkan upaya penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi. Dalam peraturan tersebut, tugas yang perlu diselesaikan KPAN antara lain adalah penyusunan rencana strategis nasional dan rencana aksi nasional (RAN). RAN berisi langkah-langkah untuk meningkatkan cakupan, efektifitas dan pelaksaaan program yang berkesinambungan, serta terfokus.
Di Indonesia, angka penularan HIV kian mengkhawatirkan. Unaids (Badan PBB Untuk Hiv/Aids) memperkirakan kasus HIV/AIDS mencapai 270 ribu kasus pada 2007 dari sekitar 231 juta penduduk Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi yaitu setengah dari jumlah tersebut adalah para generasi muda yang berusia antara 15 - 29 tahun. Di Indonesia, kasus AIDS pertama ditemukan ketika meninggalnya seorang turis asing pada April 1987 di Bali yang kemudian disusul lagi dengan meninggalnya seorang yang juga wisatawan asing pada November 1987 di Jakarta. Dan selanjutnya kasus yang ketiga yaitu dengan meninggalnya seorang warga Indonesia pada Juni 1988 di Denpasar Bali. Dari tahun ke tahun angka Prevalensi HIV/AIDS terus meningkat. Tercatat, pada Desember 2007 ada 17.207 kasus (6066 HIV, 11141 Aids) di Indonesia, dan 2369 orang meninggal dunia. Untuk Aids, karakteristiknya yaitu : IDU (5555 Aids), Heteroseks (4664 Aids), Homosex (434 Aids). Golongan umur : 15-29 thn (6301 Aids), 30-39 thn (3115 Aids), 40-49 thn (895 Aids). Laki-laki (8864 Aids), Perempuan (2215 Aids), tak diketahui (62 kasus). Untuk Desember 2008, tercatat ada 22.664 kasus (6554 HIV, 16110 Aids) di Indonesia, dan 3.362 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan, data kasus nasional hingga Des,2009 sebanyak 54.320 kasus (19.973 AIDS, 34.257HIV) dengan tingkat infeksi pada kelompok REMAJA hampir mencapai 50%.
Bila respons yang masih terbatas seperti saat ini dimana cakupan program yang rendah berlangsung terus, maka hasil pemodelan epidemi HIV mengindikasikan tingkat penularan akan terus meningkat di Indonesia. Diperkirakan akan ada sekitar 400.000 orang terinfeksi HIV pada tahun 2010, dan 100.000 orang diantaranya meninggal atau ada 1 juta ODHA pada tahun 2015 dengan 350.000 kematian.
Remaja adalah aset generasi yang akan meneruskan estafet kepemimpinan dan pembangunan bangsa Indonesia bahkan dunia. Kelak di kemudian hari, remaja akan menjadi nahkoda yang menentukan masa depan Indonesia dan dunia. Sehingga gambaran kehidupan remaja masa kini mencerminkan nasib bangsa dan dunia di masa yang akan datang. Sebagai bangsa terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki sumberdaya manusia berusia remaja yang cukup besar. Remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun berjumlah sekitar 65 juta jiwa. Berarti ada 65 juta calon pemimpin bangsa ini bahkan akan menjadi pemimpin masa depan dunia. Jumlah yang cukup besar ini, akan mampu mengantarkan Indonesia menuju bangsa besar, kuat dan terdepan.
Fakta menunjukkan bahwa remaja Indonesia saat ini telah menjadi korban arus liberalisasi. Menurut hasil survey terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di 33 propinsi sepanjang tahun 2008, jumlah remaja usia sekolah di Indonesia yang sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah mencapai angka 63%. Ironisnya, 21% diantaranya melakukan aborsi. Berkaitan dengan kasus aborsi yang dilakukan oleh remaja Indonesia, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dr. Titik Kuntari, MPH mengatakan bahwa angka kejadian aborsi di Indonesia yang berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun atau 43 aborsi untuk setiap 100 kehamilan, 30% diantaranya dilakukan oleh remaja berusia 15-24 tahun. Ini berarti terdapat sekitar 600.000 - 780.000 remaja Indonesia yang melakukan aborsi setiap tahunnya.
Kondisi Epidemi Lokal :
Dukungan Politik
Kebijakan dan dukungan politik para pemimpin-pemimpin politik akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya upaya untuk menekan laju epidemi Hiv/Aids di Sulteng, khususnya di Kota Palu. Dukungan yang signifikan di ranah politik dihampir semua daerah di Sulteng terutama di Kota Palu belum begitu dirasakan memberi ruang dan respon yang memadai dalam menyikapi permasalahan ini.
Sempitnya Akses Informasi Publik
Kata kunci dari upaya pencegahan yaitu Informasi. Ketidakpahaman sebagian besar masyarakat akan permasalahan Hiv/Aids telah menimbulkan berbagai dampak destruktif di Sulteng khususnya di Kota Palu. Hal ini juga merupakan penyebab utama terjadinya diskriminasi terhadap Odha. Oleh karena itu penting untuk lebih membuka akses informasi yang lebih luas melalui berbagai program kampanye dan sosialisasi yang maksimal.
Dan salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah pembukaan posko-posko informasi publik dengan memanfaatkan lembaga/LSM/Ormas yang telah ada.
Sampai dengan Desember 2009, tercatat ada 107 kasus Hiv/Aids dengan rincian 77 Hiv dan 30 Aids. Sedangkan 17 orang telah meninggal dunia. Dari total kasus tersebut, sekitar 60,7% kasus ada di Kota Palu dengan 65 Kasus (46 Hiv,19 Aids) & 9 orang meninggal dunia (Sumber : KPA Propinsi Sulteng dan Dinas Kesehatan Sulteng)
LATAR BELAKANG
1. Kian meluasnya pandemic infeksi Hiv/Aids di Kota Palu. Dari 107 kasus Hiv/Aids di Sulawesi Tengah, Kota Palu adalah Penyumbang data tertinggi dengan 65 kasus. Sesuai dengan Teori Fenomena Gunung Es yang disepakati secara internasional dengan perbandingan 1 kasus di kalikan 100 maka saat ini diperkirakan ada sekitar 6.500 (enam ribu lima ratus) Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) dari sekitar 310-an ribu penduduk di Kota Palu.
2. Belum adanya Harmonisasi, Integrasi, dan keterpaduan berbagai upaya maupun program khususnya di sektor pencegahan infeksi Hiv/Aids
3. Kerentanan REMAJA, KHUSUSNYA PELAJAR
Remaja adalah harapan kita bersama untuk melanjutkan roda kepemimpinan ke depan. Ada sekitar 30% atau 63 jutaan remaja calon potensial dari sekitar 213 juta penduduk Indonesia yang akan melanjutkan kehidupan bangsa ini ke depan. Namun, saat ini, Indonesia dan juga Kota Palu mendapat ancaman terbesar akan terjadinya Lost Of Generation yang di akibatkan oleh wabah epidemi Hiv/Aids. Dari kasus Hiv/Aids nasional 2007, belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari sektor terkait.
4. Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) masih menjadi faktor penghambat utama penanggulangan Hiv/Aids secara komperehensif. Dari 65 kasus yang tercatat di Kota Palu, hanya beberapa orang saja yang telah mengetahui dan membuka statusnya di masyarakat sehingga dapat di lakukan upaya pengobatan. Hal ini di sebabkan belum kondusifnya lingkungan masyarakat yang dapat menerima Hiv/Aids secara lebih manusiawi.
5. MITOS TENTANG HIV/AIDS
Masih sangat kentalnya mitos di masyarakat tentang Hiv/Aids sangat mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk berperan secara lebih barmakna. Anggapan bahwa Hiv/Aids adalah penyakit kutukan, aib, dan membawa sial adalah sikap sinis yang masih melihat Hiv/Aids sebagai persoalan moral dan etika Sosial. Padahal sebenarnya Hiv/Aids adalah fakta medis yang bisa di cegah dan di tanggulangi.
6. ….dan seterusnya
ANALISIS PERMASALAHAN
1. SEKTOR KEBIJAKAN
a. PERDA HIV/AIDS : Di beberapa daerah di Indonesia, meski sedikit terlambat, akhirnya menyadari akan pentingnya sebuah payung hukum berupa Perda Penanggulangan Hiv/Aids guna setelah terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Beberapa daerah yang memiliki Perda Hiv/aids : Makassar, Manado(sedang di Godok), Sumatera Selatan, Riau, Bali (Klungkung dan Gianyar), Banten DKI Jakarta, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah
b. RENCANA STRATEGIS : Sampai dengan saat ini, Kota Palu belum memiliki dokumen Rencana Strategis. Akibatnya, berbagai upaya yang di lakukan dalam hal implementasi menjadi KURANG TERARAH, tidak TERKOORDINASI, TERORGANISASI, TERINTEGRASI, dan tentunya sangat SULIT DI UKUR TINGKAT KEBERHASILANNYA
c. ALOKASI ANGGARAN : Tahun ini, untuk pertama kalinya sektor Hiv/Aids mendapat alokasi anggaran APBD Kota, namun besaran anggaran tersebut masih belum sebanding dengan tingkat permasalahan yang ada.
REKOMENDASI :
- Pihak Legislatif perlu menggunakan Hak Inisiatifnya guna menghasilkan sebuah Perda Penanggulangan Hiv/Aids Kota Palu.
- DI BUTUHKAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENANGGULANGAN HIV/AIDS KOTA PALU. Perumusan dan penyusunan Renstra ini di harapkan melibatkan segenap komponen dari Multi Stakeholder, Eksekutif, Legislatif, Sektor Swasta, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Akademisi, Praktisi, Orang Dengan Hiv/Aids (Odha), dan LSM Peduli Aids.
2. SEKTOR KETERLIBATAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA REMAJA
- Sektor ini kami lebih melihat bagaimana upaya penanggulangan dan perluasan respon terhadap permasalahan Hiv/Aids oleh para pengambil kebijakan masih menempatkan masyarakat, khususnya Remaja hanya sebagai Obyek program. Akses keterlibatan masyarakat masih sebatas pada implementasi program sehingga seringkali berbagai hal yang di lakukan terkait upaya pencegahan tidak sesuai dengan kebutuhan dari sektor sasaran.
- Dalam konteks mendorong lahirnya sebuah program yang lebih Up To Date guna memaksimalkan upaya penanggulangan HIV/AIDS tentunya sangat dibutuhkan sebuah pemetaan dan analisis permasalahan yang multi komperehensif guna melahirkan rumusan program yang lebih Partisipatif, Obyektif, Efektif, dan Sustainable yang melibatkan segenap komponen masyarakat termasuk Orang Dengan Hiv/Aids (Odha).
Rekomendasi :
- Masyarakat, khususnya remaja dan Orang Dengan Hiv/Aids hendaknya di lihat sebagai bagian dari solusi dan bukan sebagai bagian dari masalah. Untuk itu yang harus di lakukan adalah, penyusunan anggaran terkait berbagai program penanggulangan Hiv/Aids harus melalui wadah rembug bersama antar berbagai Stakeholder terkait terutama dari segenap masyarakat.
- Perlu di hasilkan sebuah kebijakan yang menjamin terbukanya akses keterlibatan masyarakat dalam berbagai tahapan perumusan, perencanaan, maupun pelaksanaan program.
3. SEKTOR PENCEGAHAN
a. Kerentanan REMAJA : masih sangat minimnya pengetahuan Remaja (Pelajar) terhadap permasalahan Hiv/Aids mengakibatkan porensi ledakan jumlah kasus Hiv/Aids akan menjadi BOM WAKTU di Kota Palu pada tahun-tahun mendatang.
Rekomendasi :
- Perlunya untuk memasukkan pelajaran Hiv/Aids ke dalam kurikulum pendidikan di Sekolah-sekolah
- Sangat penting untuk di hasilkannya sebuah komitmen bersama antar sektor terkait guna menyatukan langkah serta memberikan arah yang jelas terhadap prioritas upaya pencegahan di sektor pendidikan (Pelajar) melalui Memorandum Of Understanding (MoU) antara Dinas Pendidikan Kota Palu, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Palu, Dinas Kesehatan Kota Palu, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Palu, dan Badan Narkotika Kota (BNK) Palu
4. SEKTOR PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN
5. SEKTOR HAK ASASI MANUSIA
6. …. Dan seterusnya
RESPON LOKAL YANG DIBUTUHKAN
Dari poin-poin yang merupakan hasil pengamatan dan evaluasi Kami sebagaimana tersebut diatas maka ada beberapa hal dari sekian banyak upaya yang perlu diupayakan, yaitu :
Perda Penanggulangan Hiv/Aids
Perda penanggulangan Hiv/Aids akan menjadi sarana penguatan guna memperluas respon dalam upaya penanggulangan Hiv/Aids di wilayah Sulteng. Adanya perda tentunya akan memberikan arah yang jelas serta ruang yang tepat untuk mendorong adanya iklim yang kondusif bagi penanggulangan Hiv/Aids secara implementatif
Memorandum of Understanding (MoU)
Posko Informasi Publik
Banyak hal yang dapat dilakukan guna mempersempit ruang besaran masalah. Dan salah satu dari sekian banyak strategi itu adalah penjangkauan kelompok sasaran melalui media informasi. Dalam hal ini “Manajemen Pengelolaan Informasi Publik” menjadi poin yang sangat penting dalam rangka menentukan jalur-jalur distribusi informasi yang akurat dan Up To Date. Nah, pembukaan Posko-posko Informasi Publik tentunya akan menjadi langkah paling awal untuk mulai merealisasikannya.
.... Dan seterusnya.....
KESIMPULAN
PENUTUP
TERM OF REFERENCE RINGKAS
KUNJUNGAN ADVOKASI
TUJUAN :
Kunjungan ini dimaksudkan untuk menjalin komunikasi yang lebih erat, memperluas respond dan tanggapan terhadap Hiv/Aids, dan membangun kesepahaman dengan berbagai pihak khususnya pihak Legislatif agar terbangun ke-SAMAAN PANDANG untuk melihat permasalahan HIV/AIDS secara lebih manusiawi tanpa adanya Stigma dan Diskriminasi.
Secara khusus, Kunjungan Advokasi ke DPRD Kota Palu untuk mendorong berbagai kebijakan penanggulangan Hiv/Aids terutama kebijakan anggaran yang lebih proporsional terkait penanggulangan Hiv/Aids di Kota Palu.
HASIL YANG DI HARAPKAN
Meningkatnya pemahaman seputar permasalahan dan kondisi riil Hiv/Aids di Kota Palu serta terbangunnya ke-SAMA-an PERSEPSI dalam rangka meningkatkan respond yang lebih proporsional terkait kebijakan politik khususnya pengalokasian anggaran penanggulangan Hiv/Aids di Kota Palu. Selain itu, terkomunikasinya aspirasi segenap pegiat organisasi dan LSM Peduli Hiv/Aids juga di harapkan dapat mendorong komitmen semua pihak khususnya Legislatif Kota Palu dalam rangka memperluas akses keterlibatan segenap masyarakat dalam proses perumusan, perencanaan, dan pengambilan keputusan yang lebih partisipatif.
WAKTU PELAKSANAAN KUNJUNGAN
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Maret 2010
Waktu : Pukul. 01.30 - Selesai
Tempat : DPRD Kota Palu
PESERTA KUNJUNGAN :
Untuk sementara, yang telah memastikan keikutsertaannya yaitu beberapa perwakilan lembaga-lembaga yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Untuk Aids & Narkoba (SEKAT AIDS SULTENG), diantaranya :Aids Support Center, Exit Community Sulteng, dan Jaringan Solidaritas Pelajar Untuk Aids & Narkoba (SPAN) Kota Palu, yang keseluruhan peserta kunjungan sementara di perkirakan berjumlah sekitar 15 (dua puluh) orang.
0 komentar:
Posting Komentar